Halaman

Jumat, 24 Mei 2013

PPNSI : Segera Sahkan RUU PPP

Ditengah badai harga bawang public lupa akan masalah pokok dari pangan yang sedang melanda negeri ini. Sejak zaman Soekarno sampai SBY menjabat  dua peroide selalu saja pangan menjadi problem penting selain air dan energy. Kenaikan harga bawang hanya bagian kecil dari masalah salah urusnya negeri ini terhadap pertanian secara umum. “Perlindungan kepada petani bisa akan lebih optimal jika kita punya UU yang memang melindungi petani, termasuk pada saat kondisi sekarang dimana harga bawang naik sehingga petani juga ikut merasakan keuntungannya ” Kata Tamsil Linrung ketua DPP PPNSI dalam diskusi RUU PPP di warung daun cikini. 
Hal senada disampaikan oleh Atang Trsisnanto, tenaga Ahli Mentan bahwa RUU perlindungan dan pemberdayaan petani ini sangat penting terutama dari aspek perlindungan terhadap petani, saat ini Kementan sudah mengusulkan agar diwujudkan adanya asuransi bagi petani yang mengalami gagal panen, bencana dan perlindungan harga saat panen raya, ini sangat penting bagi petani.  Saat ini kementan sudah membuat pilot proyek asuransi petani di Jatim dan Sumatera. 
“Sebenarnya apa yang disampaikan oleh temen – temen PPNSI dan Kementan soal perlindungan kepada petani yang ada dalam RUU PPP ini sudah sejak lama dibahas, namun kenyataannya DPR sampai sekarang belum mengesahkan. Kenapa ini belum disahkan? Apa kendalanya? Kalau soal asuransi harusnya Kementrian keuangan memiliki political will untuk mengalokasikan anggaran yang hanya 2,5 Trilyun” ujar Khudori dalam diskusi itu. 
Saat ini DPR sedang masuk dalam pembhasan di Panja, sehingga usul dan saran temen – temen aktifis seperti PPNSI, SPI, WAMTI akan kita akomodir. Memang saat ini perlu tekanan public agar RUU PPP ini menjadi perhatian serius, karena dengan dekatnya agenda pemilu 2014 dan kasus kenaikan bawang merah dan putih menyita waktu DPR untuk ikut memantau dan mencarikan solusinya” jawab Hermanto aleg komisi IV DPR. 
“Sekarang waktunya DPR membuktikan keberpihkannya kepada petani, pilihannya hanya satu segera sahkan RUU PPP atau kami bersama petani akan turun ke jalan sebagai solusi untuk memperbaiki nasib negeri ini” tutup Riyono Sekjen DPP PPNSI 

Rabu, 01 Mei 2013

Pengendalian Penyakit Blas




Penyakit blas yang disebabkan cendawan Pyricularia grisea kendala utama pertanaman padi gogo, daerah pasang surut dan rawa. Daerah endemiknyaberada di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat (Sukabumi). Khususnya blas leher, menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jawa Barat (Sukabumi, Kuningan), Lampung (Tulang Bawang, Lampung Tengah) dan Sulawesi Selatan. Serangan blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangannya dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa. Pengendalian Ketahanan Varietas. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan Batutegi.Pemakaian jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.  Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkolerasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran

Pendekatan Kimiawi
Perlakuan benih. Pengendalian penyakit blas akan efektif apabila dilaksanakan sedini mungkin, hal ini disebabkan karena penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida sistemik seperti pyroquilon (5-10 g/kg benih). Cara perendaman benih (soaking). Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama periode ini larutan diaduk selama merata setiap 6 jam. Perbandingan berat benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih 
yang telah direndam dianginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut disebarkan di lahan gogo. Pada padi sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.Cara pelapisan (coating). Cara ini lebih efektif dari pada cara pertama dan lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida yang digunakan dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, benih dikeringanginkan dengan cara yang sama seperti metode sebelumnya dan selanjutnya siap tanam. Penyemprotan tanaman. Efikasi fungisida untuk perlakuan banih hanya bertahan 6 
minggu dan selanjutnya perlu diadakan penyemprotan tanaman. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (heading 5%).Beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas adalah yang mengandung bahan aktif isoprotionalane, benomyl+mancoseb, kasugamycin dan thiophanate methyl. (Santoso dan Anggiani Nasution, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi)

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas :
1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
2. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
3. Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
4. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif patogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
5. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
6. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
7. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
8. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
9. Pemakaian jerami sebagai kompos.


Banten Kerahkan 7.744 Petugas Lapang Sensus Pertanian

Serang (AntaraBanten) - Badan Pusat Statistik Provinsi Banten akan mengerahkan sebanyak 7.744 petugas lapangan untuk kegiatan sensus pertanian 2013 (ST2013) yang akan dilaksanakan 1-31 Mei, yang direkrut dari  unsur BPS sendiri dan mitra kerja yang berpendidikan minimal SMU, yang direkrut dari desa atau kelurahan setempat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi di Serang, Jumat, mengatakan para petugas lapangan sebanyak itu terlebih dahulu akan dilatih oleh 228 instruksi daerah (Inda) tentang mekanisme dan cara pencacahan yang akan dilakukan pada tanggal tersebut.

"Para calon Inda ini sudah kami latih di Kota Tangerang, Senin (18/3), yang diharapkan betul-betul mengerti dan memahami materi yang diajarkan instruktur nasional (Innas), sehingga dalam pelaksanaan petugas pendataan di kabupaten/kota dapat menghasilkan data yang berkualitas, khususnya pembangunan pertanian di Banten, kata Suhaimi.

Ia mengatakan, beberapa tahapan pembahasan telah dilakukan, baik intern maupun bilateral bersama-sama pemangku kepentingan seperti, kegiatan uji coba gladi kotor ST2013 di Kabupaten Pandeglang, beberapa waktu yang lalu.

Suhaimi mengatakan keberhasilan pelatihan calon Inda sampai dengan pelatihan petugas dan pelaksanaannya di lapangan, sangat ditentukan oleh niat, tekad, dan kesungguhan para Inda untuk melatih petugas yang nantinya akan mendata seluruh usaha pertanian di subsektor tanaman pangan, hortikultura (sayuran, barak militer, dan kelompok usaha bersama, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat), perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, baik pada rumah tangga, perusahaan, pesantren, lembaga pemasyarakatan dan kelompok usaha bersama.

Ia menegaskan karena banyaknya sub sektor yang dicakup dan beragamnya pola usaha pertanian, maka memerlukan penekanan konsep/definisi dan perhatian khusus dalam diskusi.

"Pengalaman calon inda dalam melakukan pendataan dan pengolahan statistik pertanian serta mengetahui kondisi daerah pertanian masing-masing dapat dijadikan bahan diskusi dalam pelatihan inda, sehingga masukan dari calon inda dan KSK dapat digunakan untuk pelaksanaan ST2013 agar menghasilkan data yang berkualitas," katanya.

Para petugas yang akan d dilatih secara berjenjang untuk mendapatkan pemahaman konsep, definisi dan metodologi ST2013 yang sama, nantinya di lapangan pendataan dilakukannya dengan mendatangi kediaman atau kantor responden dengan memakai metode wawancara.

"Indikator-indikator ST 2013 adalah usaha pertanian, pelaku usaha pertanian, petani gurem, komoditas pertanian yang diusahakan, rumah tangga pertanian menurut komoditas, distribusi lahan yang dikuasai, jumlah petani menurut jenis usaha dan gender, jumlah kepala dan anggota rumah tangga menurut gender, usaha jasa pertanian, dan usaha pengolahan hasil pertanian," katanya menjelaskan.